Selamat Datang,
SalmonHu.com adalah pasar ikan online di Jakarta, Indonesia yang menjual ikan salmon segar & beku sebagai produk utama. Selain ikan salmon, tersedia pula produk seafood lainnya.


Welcome,
SalmonHu.com is an online fish market in Jakarta, Indonesia that sells fresh and frozen salmon as the main product. Besides salmon, there are also other seafood products.


Photo

Photo

Available Item

SalmonHu.com menjual Ikan Salmon dari Norwegia ( fresh maupun frozen ) dalam berbagai macam olahan, antara lain :

1. Salmon Whole,
2. Salmon Fillet (Skin On / Skin Less),
3. Salmon Cold Smoke,
dll.

SalmonHu.com melayani Delivery Order untuk wilayah DKI Jakarta dan untuk kebutuhan restoran, catering, konsumsi keluarga, dsb.
Kami mengutamakan Kualitas dan Harga yang lebih murah daripada supermarket. Kami menjamin kesegaran setiap Ikan Salmon yang dipesan dan dikirim.

Wednesday, April 12, 2017

Salmon Mengandung Pewarna dan Bahan Kimia Berbahaya, HOAX atau FAKTA ?

Salah satu alasan terbesar mengapa masyarakat enggan mengonsumsi salmon ternak adalah isu adanya bahan kimia pada makanan dan juga pewarna. Dengan bahan kimia tersebut, tampilan daging salmon ternak jadi lebih merah muda atau oranye dan mendekati salmon yang ditangkap secara liar.

Lantas benarkah isu bahwa dewasa ini bahan kimia dan perwarna tetap digunakan pada salmon? Apakah bahan kimia itu berbahaya?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, simak uraian lengkap tentang fakta pakan kimia dan juga pewarna daging pada salmon di bawah ini.


Penggunaan Bahan Kimia pada Salmon Ternak

Source - biogreenscienceasc


Di internet banyak sekali isu beredar terkait degan salmon ternak yang sangat beracun. Bahkan, mengonsumsi salmon bisa menyebabkan banyak penyakit seperti kanker dan juga rusaknya fungsi organ tubuh, seperti organ hati yang tidak kuat dengan kandungan obat kimia.
Faktanya, tidak semua salmon yang diternakkan mengandung senyawa kimia. Di awal-awal dekade pembiakan, memang banyak peternak salmon yang menggunakan pakan dengan campuran kimia tertentu. Tujuannya agar salmon menjadi cepat besar, cepat dipanen, dan memiliki warna daging yang sama dengan ikan liar.

Namun, walaupun kebiasaan menggunakan zat kimia tambahan sudah mulai dihilangkan, isu tersebut masih terus dipercaya oleh sebagian besar konsumen.  Akhirnya, alih-alih membeli salmon ternak yang lebih terjangkau, masyarakat lebih memilih salmon liar dengan selisih harga tinggi di pasaran.

Memasuki tahun 2000-an, Nowegian Food Safety Authority mengambil sampel sekitar 12.000 ikan dari seluruh peternakan di negara tersebut. Sampel ikan itu kemudian diberikan kepada NIFES (The National Institute of Nutrision and Seafood Reserach) untuk diteliti.
Dari hasil penelitian tersebut, NIFES bisa mengetahui kandungan apa saja yang terdapat dalam ikan-ikan hasil peternakan dan bisa mengantisipasi komponen asing yang mungkin berbahaya untuk dikonsumsi oleh khalayak,

Selama 12 tahun penelitian, tidak ditemukan bahan-bahan kimia yang berbahaya pada ikan. Kandungan bahan berbahaya lain seperti merkuri dan PCB juga semakin rendah dari tahun ke tahun. Bahkan sejak tahun 2006, kandungan PCB yang ada pada ikan salmon ternak berkurang menjadi separuhnya. Dengan kandungan ini, salmon sangat aman untuk dikonsumsi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh NIFES, kita bisa membuat kesimpulan awal bawah salmon ternak tidak berbahaya. Dengan pengolahan yang tepat, kandungan PCB juga hilang sehingga risiko terkena penyakit seperti kanker bisa diturunkan.

Penggunaan Pewarna pada Salmon Ternak

Source - flickr
Isu kedua setelah pakan yang mengandung bahan kimia berbahaya adalah digunakannya pewarna buatan pada daging salmon untuk membuat ikan terlihat seperti tangkapan liar, sehingga lebih laku dipasaran. Peternak salmon dianggap melakukan penipuan karena banyak masyarakat memilih salmon dengan daging lebih merah atau oranye, meski harganya lebih mahal.

Anggapan penggunaan bahan pewarna pada salmon sebenarnya isapan jempol belaka. Salmon ternak yang ada di pasaran tidak menggunakan bahan berbahaya itu. Sebelum kita mempercayai berita hoaks tersebut, mari simak fakta tentang warna daging ikan salmon berikut ini.

Warna merah muda atau oranye pada daging ikan salmon berasal dari antioksidan bernama astaxanthin. Kandungan ini meningkatkan kerja pembuluh darah dan menekan kolesterol jahat pada tubuh. Mengonsumsi salmon secara rutin akan mengurangi risiko penyakit jantung pada individu sehat.

Pada salmon liar yang ada di lautan, warna merah yang mengandung astaxantin ini berasal dari krill atau sejenis udang kecil. Karena bebas berenang, salmon liar bisa mendapatkan banyak makanannya sehingga warna daging menjadi lebih oranye atau merah muda dan disukai oleh banyak orang.

Salmon ternak tidak bisa mendapatkan krill dalam jumlah yang banyak. Keterbatasan ruang gerak membuat ikan hanya memakan apa saja yang disediakan. Pengelola ternak biasanya menambahkan pakan yang mengandung sintetis dari astaxanthin yang identik dan alami untuk ikan.

Bahan sintetis inilah yang digadang-gadang berbahaya bagi kesehatan. Padahal Astaxanthin yang diberikan tidak hanya membantu ikan mencukupi kebutuhan pangannya, tetapi juga berguna sebagai antioksidan yang mampu meningkatkan imunitas ikan.
Seandainya bahan tersebut dianggap berbahaya, tentu NIFES sudah melakukan protes karena semua peternakan di Norwegia menggunakan bahan ini untuk menunjang kesehatan ternak ikan salmonnya.

Kesimpulan

Source - personalitydinnyria

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa isu tentang salmon yang mengandung bahan kimia dan pewarna berbahaya adalah isapan jempol belakang. Faktanya, salmon yang diternakkan di Norwegia aman dikonsumsi oleh banyak orang. Lembaga seperti NIFES terus melakukan kontrol ketat sehingga peluang terjadi kecurangan sangatlah kecil.

Oh ya, selain bahan kimia dan juga pewarna, salmon yang telah diedarkan ke banyak negara, termasuk Indonesia, juga bebas dari antibiotik. Sejak tahun 1987 kandungan antibiotik yang diberikan oleh peternak pada ikan semakin menurun dan tidak lagi membahayakan tubuh.
Terakhir, The Norwegian Food Safety Authority juga menegaskan kalau produk salmon, baik segar atau beku, bebas dari parasit seperti anisakis hingga aman untuk dijadikan sushi atau sashimi.

No comments:

Post a Comment